Skip to main content

Cerita IVF - Part 3

 

Setelah ovum pick up di Morula Menteng

  • Check and result

        Masih ingat kan sama hasil tes sperma saya sebelumnya pada Desember 2018? Yaitu berjumlah 1.000.000 dari normalnya 15.000.000 sel sperma. Nah, padai Mei 2020 ini, saya ambil tes pada pagi hari di rumah daerah Pasar Minggu lalu bergegas ke Morula Menteng. Istri saya memegang tabung berisi sperma dengan sangat hati-hati agar tidak terkena banyak guncangan selama perjalanan. Kurang dari 30 menit, kita udah sampai di Morula. Langsung kita drop sampelnya, lalu pulang lagi, pergi ke pemakaman mbah saya. Hasil akan diinfokan via e-mail beberapa jam kemudian.

        Pada sore hari setelah lelah aktivitas seharian, ada info masuk dari Laboratorium. Saya buka e-mailnya lalu saya terdiam. Pada saat itu saya di kamar sendirian, istri saya sedang di ruang tengah. Gak berasa air mata jatuh. Rasanya sesak, hancur sekali mendapatkan info bahwa hasil kali ini adalah Cryptozoospermia. Apa itu? Adalah kondisi sperma yang pada saat dilihat secara visual melalui mikroskop tidak terdapat adanya sel sperma, baru dapat dilihat ketika dilakukan pencarian atau pengamatan yang lebih dalam. Secara gampang, sel sperma saya pada saat itu adalah 0 alias tidak ada yang dapat terlihat secara visual dengan mikroskop. Tertulis bahwa terdapat 1 sampai 2 setelah dilihat mendalam. Terbayang kan? Sebelumnya masih ada 1.000.000 aja udah stress, sekarang bahkan gak keliatan di mikroskop biasa. 



Hasil cek sperma Morula

       Saya panggil istri dan menginfokan hasilnya tentu dengan teramat sedih. Namun kami selalu menguatkan dan ya sudah karena memang jalannya begini dan kita tahu kalau kita sudah ditangani oleh dokter yang sangat hebat. Kita percayakan beliau sebagai perpanjangan tangan Tuhan. Besoknya kita pergi ke dokter Caroline untuk konsultasi hasil. Dokter menyarankan untuk diambil sampel lagi dan sebisa mungkin sperma yang ada dibekukan kalau jumlahnya memang memungkinkan. 

       Terkait hasil sperma yang Crypto itu dokter bertanya apakah saya stress atau mungkin begadang (karena saya sudah jelaskan bahwa saya tidak merokok atau konsumsi alkohol, dan dua hal tersebut merupakan yang utama penyebab rusaknya sperma). Untuk stress dan begadang iya, karena alasan yang saya ceritakan sebelumnya. Dokter Caroline juga menyampaikan, selain alasan-alasan itu, sperma memang tidak dapat diperbaiki dan akan terus menurun kondisinya. Makanya, harus segera cek ya keburu umur terus bertambah!

       Singkat cerita, saya cek lagi. Namun kali ini kami menginap di hotel dekat Morula Menteng dan hotel ini memang milik Morula juga, yaitu Daima Norwood Hotel. Kita menginap di sini untuk mengambil sampel sperma dan drop ke Morula dalam waktu yang sesingkat-singkatnya. Hasilnya kemudian keluar dan Alhamdulillah sangat bersyukur kembali ke 1.000.000 sel. Kami langsung proses untuk freezing sperma dengan biaya 1.900.000 untuk 3 bulan, bulan-bulan selanjutnya ada biaya untuk penyimpanannya tapi saya lupa berapa, hehe. Rasanya lega sekali. Oh iya untuk biaya cek sperma di Morula saya kurang tahu pasti karena sudah termasuk dalam paket di awal.

      Lalu kami konsul lagi ke dokter. Untuk hasil seperti ini, memang IVF adalah program yang paling cocok untuk kami. Langsung saja kami iyakan dan dokter bilang ketika hari H OPU atau Ovum Pick-up saya harus mengambil sampel sperma yang segar. Namun, apabila hasilnya tidak baik, baru pakai sperma yang sudah dibekukan tadi. Masalah sperma sudah beres, sekarang fokus di si ibu. Kita juga ngelakuin beberapa tes darah untuk suami dan istri, tapi untuk istri cenderung lebih banyak yang dites. Untuk IVF ini sudah ditentukan timelinenya dan ini dimulai di bulan Juni 2020.

     Perjalanan IVF sesungguhnya dimulai di sini. Istri di usg transvaginal untuk cek telur. Berdasarkan hasil yang dokter lihat, kami diberikan suntikan Menopur. Suntik ini dilakukan setiap hari di perut istri untuk merangsang telur-telur agar besar, lalu dipetik, dan siap dibuahi. Untuk suntikan sendiri, suster ngajarin kita gimana caranya dan kita suntik sendiri di rumah setiap malam. Selain Menopur, kita juga dapat suntikan Cetrotide agar telurnya gak pecah duluan ketika ditrigger dengan Menopur. Jadi yang disuntik tiap malam sebanyak 2 kali. Idealnya, suntik ini dilakukan selama 8 hari, namun apabila telur dirasa masih kurang besar akan ditambahkan satu hari atau lebih sesuai dengan perkembangannya.


  • How is the program going

        Selain suntik-suntik itu, kita juga dikasih vitamin untuk supportnya. Termasuk saya yang juga dikasih beberapa vitamin karena memang masih harus ambil sample sperma yang fresh. Setelah 4 hari suntik, kami cek lagi ke dokter untuk dilihat jumlah telur dan dilihat perkembangannya. Lalu balik di hari ke-8 sebagai penentuan apakah telurnya sudah siap dipetik atau masih butuh suntikan lagi. Di sini, dokter memutuskan untuk menambah satu hari. Hari ke-9 kami ke dokter lagi, saat itu dokter Caroline cukup galau bisa dipetik atau tambah lagi. Bahkan dokter sampai harus ngabarin kita di malam hari (melalui suster koordinator) apakah kita harus suntik perangsang lagi atau bisa suntik pemecah telur. Setelah dokternya dapat wangsit, diputuskan kalau kita harus tambah satu hari lagi. Rasanya benar-benar roller coaster. Oke kita tambah satu hari suntik agar telur-telurnya lebih siap lagi. Hari ke-10 cek lagi dan yak telur-telurnya dinyatakan sudah siap petik. Besok malamnya suntik pemecah telur, lalu paginya siap untuk Ovum pick-up.

       Pada saat program ini, memang akan sangat sering bolak-balik ke dokter buat cek segala macem. Jangan salah, tes darah juga gak kalah banyaknya buat istri. Jadi setiap cek telur, istri juga dites darah lalu dibandingkan hasil darah dan telur bagaimana, untuk memutuskan step selanjutnya. Benar-benar berat untuk mental. Secara finansial juga harus siap, seperti tadi tambah suntik 2 hari, otomatis tambah biaya suntik, biaya lab, dan biaya dokter. Jadi jangan berpatokan sama harga paket di awal, yaa.


  • OPU, IMSI, Embryo Transfer

        Ketika kita jalanin program ini (dan sebelumnya), kita cukup rajin untuk yoga. Ketika program, kitapun konfirmasi ke dokter apakah boleh untuk yoga dan diizinkan. Selain yoga, kita juga konsumsi Morula Food selama dua minggu sebagai bagian dari paket program IVF di Morula. Paket makanan ini yaitu makanan sehat yang tentunya menunjang tubuh kita agar lebih siap lagi. Nah, lanjut ke Ovum Pick-up atau OPU. Sebelum melakukan tindakan OPU, istri juga harus di-PCR swab terlebih dahulu dan ini sudah termasuk paket dari Morula, jadi tidak ada biaya tambahan. Untuk ke dua kalinya kami menginap di Daima Norwood Hotel, selain karena untuk OPU dijadwalkan pagi, saya juga harus ambil sampel sperma yang baru untuk lalu saya bawa ke Morula pagi itu juga sebelum istri menjalani OPU. Karena lagi pandemi, saya gak bisa ikut istri ke ruang tindakan. Menunggu kurang lebih 2 jam dari proses sampai pemulihan, akhirnya selesai juga. Di tangan istri tertulis ada 9 telur yang siap untuk dibuahi oleh sperma, Alhamdulillah.

       Untuk sperma, akhirnya sperma saya yang fresh yang digunakan. Dengan kata lain, yang dibekukan masih hanya cadangan saja. Sampel yang baru diambil ini lagi-lagi menunjukkan bahwa Crypto, alias ditemukan tidak banyak sel setelah dilihat lebih dalam. Tapi jangan salah, dengan jumlah yang sedikit itu, tetap bisa menjadi bakal calon anak kita nanti. Metode pemilihan sperma yang sesuai paket yaitu ICSI (Intracyptoplasmic Sperm Injection), adalah teknik penyuntikan sperma langsung ke sel telur dengan pemilihan sperma menggunakan mikroskop khusus yang diperbesar hingga 40 kali. Perbesaran dilakukan untuk memilih sel yang terbaik untuk disuntikkan ke dalam sel telur. Namun, dengan kondisi sel sperma saya yang tidak banyak, dokter Caroline menyarankan untuk menggunakan teknologi IMSI (Intracytoplasmic Morpholically Selected Sperm). Teknologi ini melakukan perbesaran dengan mikroskop khusus bahkan hingga 6.000 kali dan dapat melihat kualitas sperma secara lebih detil. Dengan teknologi yang luar biasa canggih ini, dikenakan biaya tambahan sebesar Rp 9.250.000 di luar paket awal. Kami memilih teknologi ini untuk hasil yang kami harap lebih baik. 

        Pada awalnya, sebenarnya ada 12 yang dipetik, tetapi 3 di antaranya tidak terdapat isi jadi hanya 9 telur yang dinilai dapat untuk dibuahi. Dari 9 sel telur matang, terdapat 1 yang immature sehingga tidak dapat disuntikkan oleh sperma. 8 lainnya disuntikkan dan 7 yang dapat terfertilisasi. Pada hari ke tiga setelah OPU, kami datang ke Morula untuk bertemu embriolog terkait perkembangan embrio kami. Hasilnya, terdapat 7 embrio dengan 3 kualitas good dan 4 moderate. Hari ke 5 setelah OPU kami kembali lagi dan hasilnya 2 good, 1 moderate. Untuk satu yang moderate ini, masih bisa ditunggu sampai hari ke-6. Jika statusnya berubah jadi good, maka bisa dibekukan. 

       Di hari ke lima ini juga kami melakukan ET atau Embryo Transfer. Dari 2 dengan status good, kami memutuskan untuk memasukkan satu embrio untuk meminimalisir risiko yang mungkin terjadi. Satu embrio lainnya kami bekukan di hari itu juga. 

      Proses embryo transfer juga kurang lebih sama dengan OPU dalam hal waktu. Saya juga tetap menunggu di ruang tunggu dan tidak bisa ikut ke dalam. Setelah selesai, kami pulang dengan bahagia karena tahu kalau sudah ada si kecil di dalam perut ibu dan tinggal menunggu 2 minggu ke depan untuk melihat apakah bayi lucu itu mau menempel di rahim atau tidak. 

      Di hari ke-6 setelah OPU, dikabarkan bahwa satu embrio yang sebelumnya berstatus moderate berubah menjadi good. Itu berarti embrio yang satu ini bisa dibekukan. Sangat bersyukur kami masih memiliki 2 embrio untuk program selanjutnya. Untuk satu kali freezing embrio, dikenakan biaya Rp 1.900.000 untuk 3 bulan pertama dan ada biaya untuk bulan-bulan selanjutnya sejumlah 1,6 juta per 6 bulan penyimpanan.


Agar tidak bingung mengenai perkembangan embrio tadi, begini kurang lebihnya:

  • 12 telur diambil (follicle), 9 telur yang dapat dibuahi (oocyte)
  • Dari 9, 1 telur immature, 8 di-inject, dan 7 yang dapat terfertilisasi
  • Day 3, terdapat 7 embrio, 3 good, 4 moderate
  • Day 5, turun menjadi 2 embrio good dan 1 moderate yang dapat ditunggu sampai day 6. Hari ke lima ini dilakukan embrio transfer terhadap 1 embrio good, dan yang satunya dibekukan
  • Day 6, satu embrio yang awalnya moderate, berubah menjadi good sehingga dapat dibekukan
  • Total 3 embrio good. 1 sudah ditransfer dan yang 2 dibekukan.

Begitulah kurang lebih perjalanan dari OPU sampai ET, lanjut ke part 4 atau terakhir ya untuk perjalanan 2 week wait, result, dan actual spend dari program IVF di Morula ini~



#CeritaIVF #IVF #bayitabung #RSPI #RSIABunda #Morula #Oligo #PengalamanIVF #DaimaNorwoodHotel #EmbryoTransfer #ICSI #IMSI #ovumpickup




Comments

Popular posts from this blog

Cerita IVF - Part 4

  2 week wait             Setelah proses transfer embrio, ada yang namanya masa tunggu dua minggu atau  two week wait  sampai kita bisa cek kadar beta HCG yang merupakan hormon kehamilan dalam darah. Selama  2 week wait  ini, kami disarankan oleh dokter untuk  home rest  (bukan  bed rest  yaa). Jadi selama dua minggu kami disarankan untuk  stay di rumah dan meminimalisir segala aktifitas. Mungkin di luar sana banyak pasangan yang memutuskan bahwa sang istri harus  bed rest  total, tetapi tidak buat kita. Kita memutuskan untuk  enjoy  masa tunggu ini. Kita punya  mindset  bahwa sekarang kita itu bertiga, ada jiwa baru di dalam perut istri dan kita harus memanfaatkan momen bertiga ini sebaik-baiknya karena belum tau apakah setelah dua minggu, dia masih mau terus ikut kami atau tidak. Jadi kami benar-benar merasa  enjoy  dan senang dengan kehadiran dia paling tidak selama dua minggu masa tunggu ini dan tentu dengan harapan dia akan terus bertahan di sana. Kami beraktifitas di rumah sepert

Cerita IVF - Part 1

  Apa itu IVF?          IVF  atau  in vitro fertilization  merupakan program kehamilan yang mungkin lebih dikenal dengan bayi tabung. Metode ini merupakan metode pembuahan sel telur oleh spema di luar tubuh (laboratorium). Nah, untuk yang memiliki pengalaman kesulitan untuk mendapatkan buah hati,  IVF  merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh. Tapi jangan berkecil hati untuk yang mungkin belum terkumpul tabungannya, masih banyak cara lain seperti dengan menghitung tanggal masa subur, pengobatan tradisional, ataupun inseminasi. Menurut salah satu dokter yang saya kunjungi,  IVF  bukanlah tahapan dalam usaha untuk memiliki buah hati, melainkan metode yang memang tepat untuk kondisi masing-masing pasien.  So,  jangan khawatir   kalau kalian lagi menunggu kedatangan buah hati, cek dulu ke dokter karena bisa jadi bukan  IVF  yang cocok untuk program kalian, melainkan program lain yang  less money.  Oh iya, cerita ini ditulis dari sudut pandang suami ya! Mungkin sedikit berbeda dari c