Skip to main content

Cerita IVF - Part 1

 

Foto ketika di Morula Menteng

  • Apa itu IVF?

        IVF atau in vitro fertilization merupakan program kehamilan yang mungkin lebih dikenal dengan bayi tabung. Metode ini merupakan metode pembuahan sel telur oleh spema di luar tubuh (laboratorium). Nah, untuk yang memiliki pengalaman kesulitan untuk mendapatkan buah hati, IVF merupakan salah satu metode yang dapat ditempuh. Tapi jangan berkecil hati untuk yang mungkin belum terkumpul tabungannya, masih banyak cara lain seperti dengan menghitung tanggal masa subur, pengobatan tradisional, ataupun inseminasi. Menurut salah satu dokter yang saya kunjungi, IVF bukanlah tahapan dalam usaha untuk memiliki buah hati, melainkan metode yang memang tepat untuk kondisi masing-masing pasien. So, jangan khawatir kalau kalian lagi menunggu kedatangan buah hati, cek dulu ke dokter karena bisa jadi bukan IVF yang cocok untuk program kalian, melainkan program lain yang less money. Oh iya, cerita ini ditulis dari sudut pandang suami ya! Mungkin sedikit berbeda dari cerita-cerita lain, tapi ini juga tujuan saya untuk membuka mata para suami ataupun pasangan-pasangan yang mungkin masih ragu atau malu cek ke dokter terkait infertilitas. Shame has no place for people on an infertility journey.


  • Konsul Pertama

        Kenapa akhirnya menempuh jalur IVF adalah karena kita cek ke dokter (ya iyalah). Kami menikah pada Agustus 2018, tapi karena udah ngebet banget punya bocah cilik, bulan Desember 2018 kita cek ke dokter which is empat bulan setelah nikah. Waktu itu kita gak tau  dokter mana atau siapa yang harus kita kunjungin. Akhirnya kita pilih Rumah Sakit Pondok Indah - Pondok Indah (RSPI Pondok Indah) karena langganan istri memang di situ sejak dia lahir. Waktu itu kita telpon ke RSPI terus nanya dokter kandungan spesialis fertilitas yang sepi siapa, hehehe (karena males antri). Diarahkan sama staffnya ke dokter Yassin Yanuar dan dibuatkan appointment. Oh iya, untuk cek ke dokter kandungan baiknya pada saat menstruasi hari ke dua atau ke tiga agar bisa langsung USG transvaginal untuk cek telur.

       Tibalah waktu untuk cek. Dokternya menyapa dengan ramah sambil nanya mau konsultasi apa. Kita yang masih polos polos (ketika itu umur 24 taun, masih super muda), jawab mau cek aja dok soalnya pengen punya anak hehehe. Tapiii, jangan dicontoh ya soalnya kita boong ke dokternya kalo kita udah nikah satu tahun (saking ngebetnya). Dokternya juga bilang kalau dalam satu tahun baiknya memang ditunggu dan usaha secara alami, tapi kalo udah lebih dari satu tahun berarti harus dicek apakah ada yang bersalah. Karena ceritanya nikahnya udah setaun, dokternya nyaranin untuk cek sperma buat suami dan HSG (pemeriksaan radiologi untuk evaluasi kondisi rahim dan saluran indung telur (tuba falopi)). Kami dibuatkan surat pengantar untuk lab, lalu cek beberapa hari setelahnya di lab RSPI. Untuk syarat-syarat tes HSG dan sperma bisa googling yaa. 

      Anyway, waktu itu kita gak tau kalo dokter Yassin itu cukup terkenal di Instagram dikalangan ibu-ibu. Kita cuma cari dokter yang kebetulan lagi gak banyak antrian. Tapi makin ke sini pastinya beliau makin banyak pasiennya, secara followers Instagramnya aja udah 200ribuan pada saat ini di-post.


  • First screening x why IVF

         Untuk cek sperma ya suami hanya perlu mengeluarkan sperma ke dalam sebuah tabung lalu diberikan ke petugas lab. Untuk pengecekannya sendiri dilakukan di rumah sakit. Pada kasus saya saat itu, ruang untuk pengambilan sample sepertinya belum ready dan saya dialihkan ke ruang rawat inap kelas VVIP B (yang kebetulan kosong). Selagi saya cek sperma, istri saya melakukan HSG di ruang radiologi. Saya selesai terlebih dahulu lalu menunggu istri yang belum selesai. Keluarnya istri dari ruangan periksa dibarengi dengan rintihan sakit. Saya tidak tahu persis sakitnya seperti apa, yang pasti dia sangat lemas dan sakit di bagian perut. Tapi itu tidak berlangsung terlalu lama, setelah istirahat semua kembali normal. Untuk biaya cek sperma pada saat itu Rp 500.000 dan HSG sebesar Rp 2.000.000.

       Hasil cek sperma dan HSG sudah keluar. Untuk sperma dalam satu hari kerja sedangkan HSG 3 atau 5 hari kerja (saya lupa tepatnya). 

Ketika kami kembali untuk konsul hasil tesnya ke dokter Yassin, untuk HSG tidak ada masalah yang berarti tidak ada concern dari pihak perempuan sejauh ini. Nah, ternyata sperma saya ada masalah yaitu Oligoastenozoospermia berat dengan jumlah sel sperma yang hanya 1.000.000 dari jumlah normal sekitar 15.000.000. Angka yang sangat jauh yaa? Iyaaa pokoknya bikin shock. Dengan kondisi kayak gini, dokter bilang metode yang paling tepat adalah bayi tabung dengan chance 30%. Dokternya menjelaskan panjang lebar dan kami mengiyakan (dengan banyaknya pikiran dan pertanyaan di otak). Namun, pada saat itu di RSPI belum ada layanan IVF sehingga kalau mau melakukan program dapat dilakukan di klinik milik dokter Yassin di bilangan Jakarta Barat (sangat jauh dari tempat tinggal kami di Bekasi).

       Pada hari itu, dokter memberikan saya vitamin yaitu Vitan dan untuk istri Folamil Genio untuk membantu perbaikan terutama pada sperma saya. Walaupun dokter memberikan vitamin untuk saya, dokter mengatakan bisa lebih dari tiga bulan untuk perbaikan (kalau memang mau diperbaiki). Tetapi saya baru tahu dari dokter tempat saya konsul lainnya bahwa sperma cenderung tidak bisa diperbaiki kalau sudah rusak dan justru terus menurun seiring bertambahnya usia.

       Saya dan istri memutuskan untuk tidak lanjut dulu ke program bayi tabung pada saat itu. Kami akan coba dengan vitamin-vitamin, hidup sehat, dan jalan-jalan sebagai penyegaran, toh baru empat bulan nikah hehehe. Ceritanya akan dilanjut ke part ke dua yaa.



#CeritaIVF #IVF #bayitabung #RSPI #RSIABunda #Morula #Oligo #PengalamanIVF

Comments

Popular posts from this blog

Cerita IVF - Part 4

  2 week wait             Setelah proses transfer embrio, ada yang namanya masa tunggu dua minggu atau  two week wait  sampai kita bisa cek kadar beta HCG yang merupakan hormon kehamilan dalam darah. Selama  2 week wait  ini, kami disarankan oleh dokter untuk  home rest  (bukan  bed rest  yaa). Jadi selama dua minggu kami disarankan untuk  stay di rumah dan meminimalisir segala aktifitas. Mungkin di luar sana banyak pasangan yang memutuskan bahwa sang istri harus  bed rest  total, tetapi tidak buat kita. Kita memutuskan untuk  enjoy  masa tunggu ini. Kita punya  mindset  bahwa sekarang kita itu bertiga, ada jiwa baru di dalam perut istri dan kita harus memanfaatkan momen bertiga ini sebaik-baiknya karena belum tau apakah setelah dua minggu, dia masih mau terus ikut kami atau tidak. Jadi kami benar-benar merasa  enjoy  dan senang dengan kehadiran dia paling tidak selama dua minggu masa tunggu ini dan tentu dengan harapan dia akan terus bertahan di sana. Kami beraktifitas di rumah sepert

Cerita IVF - Part 3

  Check and result           Masih ingat kan sama hasil tes sperma saya sebelumnya pada Desember 2018? Yaitu berjumlah 1.000.000 dari normalnya 15.000.000 sel sperma. Nah, padai Mei 2020 ini, saya ambil tes pada pagi hari di rumah daerah Pasar Minggu lalu bergegas ke Morula Menteng. Istri saya memegang tabung berisi sperma dengan sangat hati-hati agar tidak terkena banyak guncangan selama perjalanan. Kurang dari 30 menit, kita udah sampai di Morula. Langsung kita drop sampelnya, lalu pulang lagi, pergi ke pemakaman mbah saya. Hasil akan diinfokan via  e-mail beberapa  jam kemudian.           Pada sore hari setelah lelah aktivitas seharian, ada info masuk dari Laboratorium. Saya buka  e-mail nya lalu saya terdiam. Pada saat itu saya di kamar sendirian, istri saya sedang di ruang tengah. Gak berasa air mata jatuh. Rasanya sesak, hancur sekali mendapatkan info bahwa hasil kali ini adalah  Cryptozoospermia.  Apa itu? Adalah kondisi sperma yang pada saat dilihat secara visual melalui mikros